Kita pernah kan ditanya pada saat kita masih kecil, “nak,
kalau udah besar kamu mau jadi apa?” tentunya kita memiliki bermacam jawaban,
mulai dari dokter, polisi, presiden, penyanyi, pemain bola dan lain sebagainya,
tapi apakah diantara kita pernah berpikir untuk menjadi tukang sampah?
Eh, ngapain sih jadi tukang sampah, jijik, bau, kotor,
mungkin itu yang terlintas dari pikiran kita, dan tentu saja, kebanyakan orang
di negara kita berpikiran seperti itu. Tukang sampah dianggap kecil, remeh,
hina. Jangankan tukang sampah, cleaning service atau tukang sapu jalan kadang
dianggap pekerjaan rendahan, padahal pandangan seperti ini amat keliru,
bagaimana pun juga, setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain, manusia
bagaikan potongan puzzle yang saling berkaitan, saling melengkapi. Apa jadinya
bila kita tak memiliki tukang sampah? Dilihat dari rata-rata tingkat kepedulian
orang-orang kita saat ini mungkin bisa anda tebak bukan?.
Mengapa ini bisa terjadi? Oke, kita lihat bahwa kita tahu
bahwa pekerjaan tukang sampah itu berat, kemudian penghasilannya pun bisa
dikatakan rendah, belum lagi risiko mereka terkena penyakit karena memang
kesehariannya berurusan dengan sampah. Bisa dikatakan bahwa kehidupannya
sengsara. Dari kehidupan yang sengsara begitu tentu kita akan memilih memiliki
pekerjaan yang lebih baik, dan pada akhirnya pekerjaan tukang sampah ditekuni
oleh orang-orang yang memang terpaksa menjadi tukang sampah karena tidak adanya
pekerjaan lain, begitu? Dan mungkin karena keterpaksaan maka hasil pekerjaannya
pun kurang maksimal. Bisa dilihat dari sistem pengelolaan sampah ini yang masih
sedikit melakukan daur ulang dan kebanyakan hanya ditumpuk di TPA.
Bahkan hal ini sudah lebih diperhatikan
oleh orang Inggris ketimbang pemerintah sendiri, yaitu dengan dibuatnya sebuah
film oleh BBC tentang hal ini, silakan yang mau lihat ini linknya.
http://www.youtube.com/watch?v=6EWLQw9TiCM&feature=related
( miris gan, jd sedih :”( )
Di film tersebut diceritakan seorang tukang sampah di london
yang mencoba hidup sebagai tukang sampah di ibukota kita Jakarta. Ini berita
dari BBC nya
So, ini salah siapa? Pemerintah? Eit, jangan main menyalahkan
pemerintah saja mentang-mentang citranya sedang buruk, karena yang tiap hari
kita juga mengeluarkan sampah bukan? Lalu bagaimana bila kita ingin mengubah
agar kondisi seperti ini menjadi lebih baik? Memang perubahan tidak akan datang
dengan instan, mulai dari diri kita sendiri, setidaknya jangan pura-pura buta
huruf saat melihat tulisan ORGANIK dan ANORGANIK juga harus buang sampah pada
tempatnya, mudah? Kok simple ya? tapi kenapa masih aja ada sampah berserakan?.
Oh ya, dan sebaiknya mental untuk terus dilayani harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, yaaahh mulai ngawur haha... Juga
kita harus mulai belajar dari mereka mengelola sampah, pekerjaan tukang sampah
itu kalau dikelola dengan baik maka akan menghasilkan yang luar biasa lo, saya
salut dengan Palembang dalam bidang sampah ini, kenapa? Cari tau aja sendiri
sanahh Huahaha.. ßkejam
Oke, semoga bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bijaklah dalam berkomentar, kritik yang membangun saya terimaaaa sekali..